Sekitar tahun 2013-an, gue berkenalan dengan Sublime Text, sebuah source code editor yang mendukung banyak bahasa programming, termasuk PHP dan javascript. Sejak awal berkenalan, gue langsung klop dengan Sublime Text. Gue bahkan menggunakan Sublime Text sebagai sebagai notebook karena bisa membuka banyak tab tanpa perlu simpan file. Namun ada sedikit yang menggangu dari Sublime Text yaitu adanya nag screen yang meminta kita untuk membeli Sublime Text, karena Sublime Text ini termasuk kategori shareware. Ada niatan untuk beli Sublime Text, namun apa daya tangan tak sampai, karena gue adalah golongan #kaumkere dan harga Sublime Text sekitar $80, maka gue mencoba mencari alternatif lain.
Alternatif pertama adalah Microsoft Visual Code, sebuah source code editor yang pamornya lebih tingi dari pada Sublime Text. Kemampuan Visual Code menyerupai (malah lebih superior dari) Sublime Text. Namun ada sedikit kendala, yaitu Visual Code cukup berat di Laptop mungil gue. Menjalankan Browser dan Visual Code sudah cukup memakan resource banyak. Karena tidak mampu #2019GantiLaptop, maka kembali gue mencari alternatif lain, ketemu lah CudaText.
CudaText adalah cross platform source code editor yang tampilan dan fitur mirip Sublime Text. CudaText mendukung syntax Highlighting lebih dari 200 bahasa pemograman, Auto Completion, split view dan beberapa fitur lainnya. Buat gue, ini sih lebih dari cukup untuk gue gunakan, baik untuk programming atau menulis catatan. Setelah memakai CudaText selama 1 hari, gue tidak kesusahan beradaptasi dengan CudaText, meskipun masih kerasa kehilangan beberapa fitur Sublime Text seperti CTRL + [ / CTRL + ] untuk indent text, CTRL + D untuk multi select text, dsb. Kemungkinan besar sih fitur ini ada di CudaText, hanya saja belum ketemu caranya.
CudaText cukup ringan di Laptop gue, dan tidak susah untuk menginstal aplikasi ini di Lubuntu 18.04 karena ada file instalasi .deb. CudaText membutuhkan Python Engine untuk beberapa fungsinya, dan lebih asiknya lagi Python Engine ini sudah include kalau kamu unduh versi Windows. Kalau untuk versi Linux sih CudaText butuh Python 3. CudaText juga cukup luwes untuk di oprek. File configurasinya berbasis JSON. Hal pertama kali yang gue lakukan setelah instal CudaText adalah mengubah tab size dari 8 menjadi 4 (hayo kamu tim tab atau spasi?).
CudaText mendukung plugin dan ada banyak plugin yang bisa kamu gunakan untuk membuat CudaText lebih powerful. Satu plugin yang membuat gue tertarik adalah spell-checking, dimana kamu bisa melakukan pengecekan dan pengoreksian apakah penulisan kata / istilah sudah benar (saat ini hanya tersedia untuk bahasa inggris). Cukup terkejut menemukan spell-checker di source code editor yang notabene adalah untuk menulis kode program.
Kalau kamu tertarik menggunakan CudaText, kamu bisa kunjungi www.uvviewsoft.com/cudatext/
Recent Comments