Migrasi ke Linux Mint 18.1

Pada postingan blog gue sebelumnya, gue menulis bahwa gue migrasi dari Windows 10 ke Lubuntu. Sekarang, karena hard disk gue terkena bad sector, gue terpaksa berpindah dari Lubuntu ke Linux Mint. Kenapa pindah? karena-entah-kenapa, ketika gue menginstal ulang Lubuntu, Lubuntu beberapa kali error dalam penulisan boot sector. Penasaran kenapa gagal tulis, gue mencoba instal Linux Mint dan proses instalasi berhasil selesai. Ya jadilah gue menggunakan Linux Mint.

Linux Mint yang gue gunakan adalah Linux Mint MATE. MATE adalah DE yang cakep dan elegan, namun lumayan berat jika dibandingkan LXDE, DE pada Lubuntu. Gue termasuk orang yang cukup sensitif dengan penggunaan resource laptop (ya karena laptop gue bukanlah laptop canggih).

Gue sempat mencoba untuk menggunakan XFCE4, namun entah kenapa, kurang sreg dengan XFCE4. Akhirnya gue menginstal LXDE dan menjadikan LXDE sebagai DE default. Yup, gue tau kalo LXDE sedang sekarat, namun sejauh ini gue merasa nyaman dengan LXDE.

Berikut perbandingan penggunaan resource antara MATE dan LXDE:

Penggunaan resource dengan MATE sebagai DE
Penggunaan resource dengan LXDE sebagai DE

Dari hasil percobaan di atas, MATE menggunakan resource (baik RAM dan CPU) lebih daripada LXDE, meskipun perbedaannya tidak terlalu jauh.

MATE sendiri tidak gue remove dari sistem karena beberapa aplikasinya berguna buat gue. Gue lebih suka Caja daripada PCManFM (eject hard disk external lebih mudah menggunakan caja).

Satu hal yang gue temui saat menggunakan Linux Mint 18.1 adalah beberapa kali laptop gue suka freeze sendiri. Tadinya gue pikir ini karena hard disk gue yang bad sector. Namun setelah googling lebih lanjut, ternyata ada sebuah bug untuk controller graphic laptop gue (laptop gue Asus X200MA). Herannya gue ga merasakaan random freeze saat menggunakan Lubuntu.