Viva JKT48: Cerita biasa dengan fans yang seperti zombie

Sebenarnya gue bingung mau ngisi blog ini dengan materi apa. sudah lama ga terisi dan daripada berdebu, yah mending gue menulis sebuah review film saja. Film yang mau gue review ini adalah Viva JKT48. Ga, kalian ga salah denger, gue emang nonton film ini. Film ini adalah film Indonesia yang pertama kali gue tonton di Bioskop atas keinginan diri sendiri. Gue sadar kok nonton film ini :D.

Gue ga akan menceritain spoiler film ini, karena di 21Cineplex sendiri spoilernya sangat-sangat lengkap. Gue lebih tertarik untuk menceritain apa yang gue dapet setelah nonton film ini. Karena review ini based on my own perspective, so ga usah ngamuk-ngamuk kalo kalian ga suka.

Viva JKT48 merupakan film pertama dari JKT48 yang disutradari oleh Awi Suryadi. Sang sutradara mengatakan kalo film ini merupakan film keluarga dan berarti film ini bisa ditonton oleh siapa saja, termasuk gue yang sudah mulai sedikit dewasa ini.

Viva JKT48 merupakan film yang sederhana dengan plot yang sederhana. Gue sendiri melihat bahwa film ini sebenarnya masih banyak plot hole dimana sebenarnya bisa dijabarin lebih lagi di film ini. Namun mengingat film ini merupakan film keluarga, yah gue ga bisa ngomong banyak sih. Cuman jujur aja, film ini terlalu sederhana (kalo ga mau dibilang masih ‘mentah’).

Salah satu scene yang menurut gue masih mentah adalah ending filmnya. Seharusnya bisa dikembangkan lagi, masa iya sekali konser bisa dapet 1 miliar? tapi kalo misalnya sebelum ending, ditaruh scene mereka melakukan konser-konser berikutnya lalu bisa kembali mendapatkan Theater mereka, pasti lebih greget.

Kalo berbicara akting para member JKT48, honestly, mereka memang performers yang sangat bagus, namun di film ini mereka biasa-biasa aja. Sepanjang film ini, kalian akan selalu melihat semua member bersama-sama, terkecuali ada sebuah scene, dimana sang Kapten berbicara dengan fansnya. Sang sutradara tampaknya mau memberikan kesan bahwa, semua member selalu bersama, saat suka maupun duka. Emang sih, itu JKT48 dan gue akui itu pencitraan yang sangat bagus. Namun gue, dan mungkin fans-fans mereka, ingin melihat akting member JKT48 lebih terekspos lebih lagi, ga cuman sekedar scene handshake aja.

Peran member JKT48 di film ini juga setengah-setengah. Di awal-awal cerita, film ini masih kuat pengaruh membernya, namun ketika masuk ke tengah hingga akhir cerita, peran member di film malah seperti pemeran pembantu. Akting-akting para pemeran non JKT48 disini sangat kental dan terkesan, ini film bintangnya siapa?. para pemain film non member JKT48 sangat membantu menghidupkan film ini. Setau gue, beberapa member JKT48 pernah bermain film, seperti Haruka dan Ve. Andai saja mereka bisa diekspos lebih lagi, mungkin lebih asik (ok gue emang bukan sutradaranya -_-‘)

Dari begitu banyak scene film ini, ada 2 yang paling gue suka. Pertama, saat member melakukan perform di taman dan latihan di atas gedung. Scene ini asik dan Jekate banget lah. Keceriaan, kecentilan, semangat dan kebersamaan mereka terasa di scene ini. Scene lainnya adalah saat para fans datang ke konser meskipun hujan deras. Emosi fans benar-benar tertuang di sini. Chant yang keren abis dan semangat mereka memberikan semangat ke member itu TOP abis. Memang, fans JKT48 adalah zombie-zombie yang siap mempertaruhkan hidupnya untuk para pujaan mereka.

Secara keseluruhan, film ini menghibur kok, gue ketawa sepanjang film ini dan menikmatinya. Hanya saja buat gue yang mungkin sudah terbiasa dengan rumitnya pekerjaan dan hidup, melihat film sederhana seperti ini jadi kaya, “ok, ini film asik tapi biasa aja”. Yang ga biasa yah gue bisa ngeliat Haruka di film ini :D. Film ini juga pendek, sekitar 1 jam. Mungkin ini juga yang membuat scene-scene terasa masih mentah. Andai saja film ini berdurasi 70-90 menit, pasti lebih banyak lagi scene yang masuk dan membuat alur film lebih menarik.

Sukses buat JKT48.

Leave a Reply