Beberapa waktu yang lalu gue membaca sebuah artikel yang mengulas tentang Google Plus, jejaring sosial milik Google. Lalu gue pun berpikir, kenapa Google Plus kalah saing dengan Facebook? Padahal banyak para ahli yang berkata bahwa Google Plus lebih bagus daripada Facebook?
Gue mencoba menganalisa dan mengambil sebuah keputusan, bahwa Facebook lebih kreatif daripada Google Plus. kenapa bisa begitu?
Google terdiri banyak orang-orang pintar dan hasilnya juga sangat bagus. Google Plus memiliki beberapa kelebihn dibanding Facebook seperti adanya circle (sebuah konsep pengelompokan teman dimana kamu bisa memisahkan antara teman kerja dan keluarga), Google Hangout yang bisa membuat kamu bisa teleconference dengan teman,dsb. Sebuah konsep yang pintar. Namun ternyata itu tidak cukup menarik minat banyak orang.
Facebook (Dahulu) konsepnya lebih sederhana, namun mengena tepat kesasaran. Facebook benar-benar memposisikan dirinya sebagai jejaring sosial dimana menjadi tempat berkumpulnya banyak orang dan memberikan fitur-fitur yang mendukung seperti Upload foto, fitur berdikusi (grup), games, dsb. Tidak ada fitur yang rumit di Facebook.
Lalu kenapa Facebook bisa mengalahkan Google Plus?. Kuncinya adalah kreatifitas Facebook dalam menggarap jejaring sosial. Google Plus menawarkan banyak fitur baru, canggih namun ternyata tidak begitu mendapat perhatian banyak orang awam. Facebook, di lain sisi memberikan fungsi dasar dalam kebutuhan sosial manusia dan tidak memasukan fitur-fitur rumit. Dan ini berhasil menggaet minat orang awam. Google Plus tidak terlalu fokus dalam hal kebutuhan sosial.
Disini, entah kenapa, gue melihat bahwa kreatif itu antitesis dari kepintaran. Kamu ga perlu menjadi orang pintar untuk menjadi orang kreatif dan orang kreatif belum tentu pintar. Kreatifitas merupakan hasil dari imajinasi dan usaha sedangkan kepintaran adalah hasil dari ketekunan belajar. Kedua hal yang terlihat bertolak belakang namun ternyata bisa saling melengkapi.
Sebagai contoh, apakah kamu pernah menonton film avatar movie (bukan avatarnya aang)? kamu pasti akan kagum dengan efek 3d yang dihasilkan. Disinilah terlihat perbedaannya. Orang pintar menciptakan perangkat lunak untuk membuat 3d dan orang kreatif menggnakan perangkat lunak tersebut untuk membuat film 3d sesuai imajinasi yang ada. Tanpa aplikasi 3d, tidak akan mungkin ada film avatar. Namun, tanpa orang kreatif yang menggunakan aplikasi tersebut, juga tidak akan mungkin ada film avatar.
Beberapa negara maju, seperti negara-negara Eropa dan USA, sudah serius menggarap bidang kreatifitas. Indonesia sendiri sudah mulai menggarap bidang kreatifitas dengan adanya badan negara yang menaungi kreatifitas anak bangsa. Meskipun demikian, Kreatifitas belum menjadi hal yang serius, terutama di kalangan orang tua. Begitu banyak orang tua yang menekankan anaknya supaya pintar, namun belum banyak orang tua yang mengarahkan anaknya supaya mengeksplorasi kreatifias individual sang anak. Padahal setiap individu berbeda dan tidak bisa dipaksakan menjadi orang pintar.
Sudah saatnya kita mulai serius menggarap kreatifitas individu masing-masing, karena, semua orang tidak bisa menjadi pintar, namun semua orang bisa menjadi kreatif.